Oleh: M. Fikri Yudin
BAB I
Pendahuluan
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Dalam sejarah perkembangan hadits, para pakar mambaginya menjadi
tujuh periode. Dimulai dari masa Rasullah masih hidup, perkembangan hadits
memasuki periode terakhir sekitar abad pertengahan 7 Hijriah. Dari sejarah ini,
kita dapat mengetahui kondisi perkembangan hadits dari masa ke masa. Perkembangan
hadits ini sangat penting diketahui, khususnya bagi para civitas akademik yang
konsen di bidang ini. Hal ini tidak lain dikarenakan hadits menempati posisi
yang sangat strategis sebagai sumber rujukan hukum setelah Al-Qur’an.
Setiap periode memiliki karakteristiknya sendiri. Dalam makalah ini
akan dibahas salah satu kitab hadits yang dikarang pada pertengahan abad ke-7,
atau periode terakhir pada sejarah perkembangan hadits. Periode ini dinamakan Ahdu
As-sarhi wa Al-Jami’ wa At-Takhrij wa Al-Bahtsi. Kitab yang dibahasa pada
makalah kali ini ialah Kitab Takhrij Al-Ahadits Adh-Dhi’af min Sunan
Ad-daraquthni karangan Hafidz Abi Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Ghassani
Al-Jazairi.
Dalam kitab tersebut disajikan hadits-hadits dha’if dalam Sunan
Ad-daraquthni, salah satu kitab sunan yang sering dijadikan rujukan. Kajian
kitab takhrij ini dirasa perlu agar para civitas akademik, atau bahkan
ulama sekalipun tidak salah mengambil hadits dari kitab Sinan Ad-Daraquthni untuk
dijadikan sumber hujjah, karena menggunakan hadits dha’if dari
kitab tersebut. Untuk itu, penulis mencoba untuk melakukan studi terhadap kitab
takhrij ini.
1.2.
Rumusan
Masalah
1.
Seperti
apakah biografi pengarangnya?
2.
Apakah
latar belakang penulisannya?
3.
Bagaimanakah
sistematika penulisannya?
4.
Bagaimanakah
metode kepenulisannya?
5.
Apakah
pendapat ulama mengenai kitab ini?
1.3.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
biografi pengarang
2.
Mengetahui
latar belakang penulisan.
3.
Mengetahui
sistematika penulisan.
4.
Mengetahui
metode kepenulisan.
5.
Mengetahui
pendapat ulama mengenai kitab ini.
BAB II
Pembahasan
2.1. Biografi Pengarang
Pengarang kitab Takhrij Al-Ahadits Adh-dhi’af min Sunan
Ad-Daraquthni ialah Imam Hafidz Abi Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Ghassani
Al-Jazairi. Namun, nama asli pengarang kitab ini ialah Abdullah bin Yahya bin
Abi Bakar bin Yusuf bin Hayyun Al-Ghassani, dan ia dikenal dengan nama Jamaluddin
Abu Muhammad Al-Jazairi di Damasqus.[1] Ia
wafat pada tahun 682 H.
Ia menyiarkan ajarannya di Mesir, khususnya kepada kalangan
orang-orang salaf. Ia pernah belajar kepada Abu Al-Khattab bin Dahiyah dan
saudaranya, Yusuf bin Mahili, Krimah Al-Qursyiyah, Ibnu Shalah dan Ibrahim
Al-Khusyu’iy. Serta di antara para murid yang pernah menimba ilmu dengannya
kepadanya ialah; Ibnu Al-Khabbaz, Ibnu Al-Athar dan ia memberikan ijazah kepada
Syekh Syamsuddin.[2]
Selain itu, ia juga dikenal memiliki kepribadian yang baik, menulis
banyak hadits, dan kelak menjadi orang yang terpandang karena ibadahnya dan
ketawadhu’annya. Imam Ash-shafadi berkomentar mengenai dirinya; ia menganggap
Abdullah bin Yahya yang juga dikenal dengan nama Jamaluddin Abu Muhammad
Al-Jazairi adalah seorang ulama hadits, memiliki banyak riwayat, teliti dalam
menulis, dan dipandang sebagai ulama hadits yang memiliki pemahaman dan
pengetahuan yang mendalan serta tawadhu’.[3]
2.2. Latar Belakang Penulisan Kitab
Tidak banyak literatur yang menjelaskan latar belakang kitab takhrij
ini dikarang. Di dalam kitab takhrij Al-Ahadits Adh-dhi’af min Sunan
Ad-Daraquthni juga tidak dijelaskan mengapa kitab itu dibuat. Tetapi, bila
dilihat dari sejarah perkembangan dan kodifikasi hadits, masa Imam Hafidz Abi
Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Ghassani Al-Jazairi bisa disebut dengan masa pen-syarah-an,
pengumpulan, pen-takhrij-an dan pembahasan.
Imam Hafidz Abi Muhammad meninggal pada tahun 682 H, atau
bisa dikatakan ia hidup dan mengarang kitab sekitar pertengahan abad ke-7
Hijriah. Pada masa ini dinamakan ahdu as-sarhi wa al-jami’ wa at-takhrij wa
al-bahtsi.[4]
Pada periode ini juga sebagian ulama berusaha untuk men-takhrij hadits-hadits
yang tidak disebutkan perawinya dan nilai-nilainya dalam sebuah kitab tertentu.
Nampaknya, inilah yang dilakukan oleh pengarang kitab takhrij ini.
Imam Hafidz Abi Muhammad Abdillah mencoba untuk men-takhrij nilai-nilai
hadits dha’if yang terkandung dalam kitab Sunan Ad-Daraquthni. Dalam
kitab karangannya, ia mencantumkan 700 hadits yang memenuhi kriteria sebagai
hadits dha’if, baik dilihat dari kualitas sanad dan matannya.
2.3. Sistematika Penulisan Kitab
Kitab takhrij Al-Ahadits Adh-dhi’af min Sunan Ad-Daraquthni terbilang
cukup atau bahkan sangat sistematis dalam susunan penulisannya. Kitab ini
disusun berdasarkan bab fiqhiyah. Dimulai dari bab thaharah, kitab
ini diakhiri oleh bab Ash-Shaid wa Adz-Dzaba’ih wa Al-Ath’i[5]mah.
Di dalamnya terdapat 700 hadits[6]
yang ia anggap dha’if baik dari segi matan maupun sanadnya. Karena kitab
ini khusus men-takhrij hadits-hadits yang terdapat dalam kitab sunan
Ad-daraquthni.
Tidak hanya itu, kitab yang telah diedit oleh Kamal Yusuf Al-Hut
ini juga memuat daftar isi al-mashadir, al-ayat al-qur’aniyyah, al-ahadits
wa al-atsar, ar-rijal al-mutakallim fiiihim bil-jarh dan al-mawadhi’,[7]
selain daftar isi bab fiqhiyyah berdasarkan urutan hadits yang tertera
di dalam kitab tersebut. Daftar isi tambahan ini akan memudahkan pembaca untuk
mencari hadits-hadits dha’if dalam kitab Sunan Ad-Darakuthni berdasarkan
perawi, hadits berdasarkan abjad, rujukan-rujukan, maupun ayat Al-Qur’an yang
ada di dalamnya.
Rincian dari 700 hadits yang termuat dalam kitab ini, dapat dilihat
dalam tabel berikut:
BAB
|
Banyaknya Hadits
|
الطهارة
|
148
|
الصلاة
|
266
|
الزكاة و الصدقة
|
93
|
الصيام
|
57
|
الحج
|
30
|
البيوع
|
26
|
الحدود و الديات
|
27
|
الأقضية
|
7
|
النكاح
|
10
|
الطلاق و الخلع و الإيلاء
|
9
|
الفرائض
|
4
|
السير
|
3
|
المكاتب
|
3
|
النذور
|
2
|
الرضاع
|
2
|
الأشربة
|
8
|
الصيد و الذبائح و الأطعمة
|
5
|
Total
|
700
|
2.4. Metode Penulisan Kitab
Dalam menulis kitabnya, Imam Hafidz Abi Muhammad Abdillah menulis
hadits dha’if yang terdapat dalam kitab Sunan Ad-Daraquthni kemudian
menjelaskan ke-dha’if-an hadits tersebut di bawahnya. Seperti yang ia
tuliskan pada hadits bab shalat no urut 1, ia menuliskan haditsnya terlebih
dahulu, kemudian ia menjelaskan letak ke-dha’if-an haditsnya. Hadits
tersebut berbunyi:
رواه القاسم بن عبدالله العمرى , عن محمد بن المنكدر, عن جابر بن عبد
الله قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا بلغ الماء أربعين قلة فإنه [لا]
يحمل خبث.
Dalam hadits tersebut Imam Hafidz menyatakan bahwa periwayatan
hadits tersebut lemah, banyak kesalahan dalam periwayatan jalur tersebut.
Hadits yang diriwayatkan dari Muhammad bin Al-Munkadir Abdullah bin ‘Amru
adalah hadits mauquf. Hadits tersebut tidak bisa digunakan sebagai hujjah.[8]
Setiap menukil hadits dha’if dari kitab Sunan
Ad-Daraquthni, Imam Hafidz Abi Muhammad selalu memberikan penjelasan
tentang letak ke-dha’if-an hadits tersebut, terutama dari para perawi
yang tidak tsiqah maupun dhabith. Ia tidak serta-merta men-dha’if-kan
para perawi yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut, akan tetapi ia merujuk
kepada kitab-kitab jarh wa ta’diel. Dalam kasus di atas, untuk men-jarh
Al-Qasim bin Abdillah bin Umar Al-‘Amri ia merujuk kepada kitab Adh-Dhu’afa
wa Al-Matrukiin li An-Nasa’i, Al-Majruhiin, Al-Jarh wa At-Ta’diel,
Al-kasyif, Tahdzib At-Tahdzib dan lain sebagainya.
Artinya, untuk men-jarh perawi hadits, Imam Hafidz Abi
Muhammad tidak menggunakan satu kitab sebagai rujukan, tetapi ia
mengkomperasikannya dengan berbagai kitab jarh wa ta’diel yang ada.
Hasilnya, takhrij yang ia lakukan dari men-jarh para perawi
hadits bukanlah omong kosong belaka. Data yang ia kumpulkan dari berbagai
sumber memberikan bukti yang cukup kuat untuk men-jarh perawi. Inilah
salah satu keunggulan dari kitab ini.
2.5. Pandangan Ulama Mengenai Kitab ini
Karena kitab ini dikarang pada pertengahan abad ke-7, atau periode
terakhir dalam sejarah perkembangan hadits, tidak banyak ditemukan literatur
atau manuskrip mengenai pendapat para ulama tentang kitab ini. Hingga saat ini
pun, penulis belum menemukan tentang komentar para ulama mengenai kitab ingga
saat ini pun, penulis belum menemukan tentang komentar para ulama mengenai
kitab takhrij ini. Namun, rasanya kitab ini sangat layak dikonsumsi
untuk mereka yang ingin mengetahui hadits-hadits dha’if, khususnya yang
terdapat dalam kitab Sunan Ad-Daraquthni. Terlepas dari berbagai
kekurangannya, kitab ini layak mendapatkan apresiasi yang sepantasnya, melihat
usaha Imam Hafidz Abi Muhammad dalam mengarangnya
BAB III
Penutup
3.1.
Kesimpulan
kitab takhrij karangan Hafidz Abi Muhammad Abdillah bin
Yahya Al-Ghassani Al-Jazairi ini merupakan suatu suguhan yang sangat layak
dibaca ataupun dijadikan rujukan bagi mereka yang ingin mengetahui hadits dha’if,
khususnya pada kitab Sunan Ad-Daraquthni. Sebagai salah satu pakar
hadits yang hidup pada akhir masa perkembangan hadits, kitab Takhrij
Al-Ahadits Adh-Dhi’af ini terbilang sangat sistematis.
Hadits-hadits yang dinukil dari kitab Sunan Ad-Daraquthni disusun
berdasarkan bab fiqhiyyah. Selain itu, di dalam daftar isinya,
dilengkapi dengan katalog-katalog tambahan, seperti para perawi, hadits
berdasarkan abjadnya dan lainnya. Jumlah hadits yang tercantum dalam kitab
tersebut adalah 700 hadits, serta bab shalatlah yang memiliki porsi terbanyak
dalam hadits-hadits yang terdapat di dalamnya.
Dalam mencari ke-dha’if-an hadits yang terdapt dalam buku
induknya, Hafidz Abi Muhammad tidak serta-merta mengarangnya. Ia menelusuri
berbagai kitab rujukan untuk mencari kualitas hadits yang terdapat dalam kitab Sunan
Ad-Daraquthni. Kitab rujukan yang digunakannya lebih kepada kitab jarh
wa ta’diel. Hal ini dikaenakan ia lebih fokus untuk mengkritik perawi yang
dianggap lemah. Untuk men-jarh para perawi tak cukup menggunakan satu
kitab rujukan, tetapi ia mneggunakan beberapa kitab jarh wa ta’dil untuk
mengkomperasikan data yang ada. Sehingga hasil yang didiapatkan akan sangat
valid.
Tetapi sayangnya, tidak banyak literatur-literatur yang membahas
tentang kitab ini, bahkan terbilang sangat minim. Para ulama pun tidak banyak
yang memberikan pendapat tentang pengarang kitab ini. Sehingga kita, khususnya
penulis belum dapat memberikan komentar yang signifikan mengenai kitab ini,
baik dari kekurangannya, maupun kelebihannya. Namun, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, dari sistematika dan metode yang digunakan, kitab ini
layak dijadikan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Hafidz
Abi Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Gassani Al-Jazairi, Kitab Takhrij
Al-Ahadits Adh-Dhi’af min Sunan Ad-Daraquthni, Beirut: Darul Kutub Ilmiah,
1990.
·
Agus
Shalahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadits, Bandung: Pustaka Setia, Cet. II:
2011.
[1] Hafidz Abi Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Gassani Al-Jazairi, Kitab
Takhrij Al-Ahadits Adh-Dhi’af min Sunan Ad-Daraquthni, Beirut: Darul Kutub
Ilmiah, 1990, hal. 24.
[2] Ibid.
[3] Ibid, hal. 25.
[4] Agus Shalahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadits, Bandung: Pustaka
Setia, Cet. II: 2011, hal. 48.
[5] Ibid.
[6] Op Cit, Hafidz Abi Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Gassani
Al-Jazairi, hal. 311.
[7] Ibid, hal. 313.
[8] Ibid, hal. 33.
0 komentar:
Posting Komentar