Jumat, 23 Mei 2014

Studi Kitab Takhrij Al-Ahadits Adh-Dhi’af min Sunan Ad-Daraquthni


Oleh: M. Fikri Yudin
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah perkembangan hadits, para pakar mambaginya menjadi tujuh periode. Dimulai dari masa Rasullah masih hidup, perkembangan hadits memasuki periode terakhir sekitar abad pertengahan 7 Hijriah. Dari sejarah ini, kita dapat mengetahui kondisi perkembangan hadits dari masa ke masa. Perkembangan hadits ini sangat penting diketahui, khususnya bagi para civitas akademik yang konsen di bidang ini. Hal ini tidak lain dikarenakan hadits menempati posisi yang sangat strategis sebagai sumber rujukan hukum setelah Al-Qur’an.
Setiap periode memiliki karakteristiknya sendiri. Dalam makalah ini akan dibahas salah satu kitab hadits yang dikarang pada pertengahan abad ke-7, atau periode terakhir pada sejarah perkembangan hadits. Periode ini dinamakan Ahdu As-sarhi wa Al-Jami’ wa At-Takhrij wa Al-Bahtsi. Kitab yang dibahasa pada makalah kali ini ialah Kitab Takhrij Al-Ahadits Adh-Dhi’af min Sunan Ad-daraquthni karangan Hafidz Abi Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Ghassani Al-Jazairi.
Dalam kitab tersebut disajikan hadits-hadits dha’if dalam Sunan Ad-daraquthni, salah satu kitab sunan yang sering dijadikan rujukan. Kajian kitab takhrij ini dirasa perlu agar para civitas akademik, atau bahkan ulama sekalipun tidak salah mengambil hadits dari kitab Sinan Ad-Daraquthni untuk dijadikan sumber hujjah, karena menggunakan hadits dha’if dari kitab tersebut. Untuk itu, penulis mencoba untuk melakukan studi terhadap kitab takhrij ini.
1.2. Rumusan Masalah
1.      Seperti apakah biografi pengarangnya?
2.      Apakah latar belakang penulisannya?
3.      Bagaimanakah sistematika penulisannya?
4.      Bagaimanakah metode kepenulisannya?
5.      Apakah pendapat ulama mengenai kitab ini?

1.3. Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui biografi pengarang
2.      Mengetahui latar belakang penulisan.
3.      Mengetahui sistematika penulisan.
4.      Mengetahui metode kepenulisan.
5.      Mengetahui pendapat ulama mengenai kitab ini.

BAB II
Pembahasan
2.1. Biografi Pengarang
Pengarang kitab Takhrij Al-Ahadits Adh-dhi’af min Sunan Ad-Daraquthni ialah Imam Hafidz Abi Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Ghassani Al-Jazairi. Namun, nama asli pengarang kitab ini ialah Abdullah bin Yahya bin Abi Bakar bin Yusuf bin Hayyun Al-Ghassani, dan ia dikenal dengan nama Jamaluddin Abu Muhammad Al-Jazairi di Damasqus.[1] Ia wafat pada tahun 682 H.
Ia menyiarkan ajarannya di Mesir, khususnya kepada kalangan orang-orang salaf. Ia pernah belajar kepada Abu Al-Khattab bin Dahiyah dan saudaranya, Yusuf bin Mahili, Krimah Al-Qursyiyah, Ibnu Shalah dan Ibrahim Al-Khusyu’iy. Serta di antara para murid yang pernah menimba ilmu dengannya kepadanya ialah; Ibnu Al-Khabbaz, Ibnu Al-Athar dan ia memberikan ijazah kepada Syekh Syamsuddin.[2]
Selain itu, ia juga dikenal memiliki kepribadian yang baik, menulis banyak hadits, dan kelak menjadi orang yang terpandang karena ibadahnya dan ketawadhu’annya. Imam Ash-shafadi berkomentar mengenai dirinya; ia menganggap Abdullah bin Yahya yang juga dikenal dengan nama Jamaluddin Abu Muhammad Al-Jazairi adalah seorang ulama hadits, memiliki banyak riwayat, teliti dalam menulis, dan dipandang sebagai ulama hadits yang memiliki pemahaman dan pengetahuan yang mendalan serta tawadhu’.[3]
2.2. Latar Belakang Penulisan Kitab
Tidak banyak literatur yang menjelaskan latar belakang kitab takhrij ini dikarang. Di dalam kitab takhrij Al-Ahadits Adh-dhi’af min Sunan Ad-Daraquthni juga tidak dijelaskan mengapa kitab itu dibuat. Tetapi, bila dilihat dari sejarah perkembangan dan kodifikasi hadits, masa Imam Hafidz Abi Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Ghassani Al-Jazairi bisa disebut dengan masa pen-syarah-an, pengumpulan, pen-takhrij­-an dan pembahasan.
Imam Hafidz Abi Muhammad meninggal pada tahun 682 H, atau bisa dikatakan ia hidup dan mengarang kitab sekitar pertengahan abad ke-7 Hijriah. Pada masa ini dinamakan ahdu as-sarhi wa al-jami’ wa at-takhrij wa al-bahtsi.[4] Pada periode ini juga sebagian ulama berusaha untuk men-takhrij hadits-hadits yang tidak disebutkan perawinya dan nilai-nilainya dalam sebuah kitab tertentu.
Nampaknya, inilah yang dilakukan oleh pengarang kitab takhrij ini. Imam Hafidz Abi Muhammad Abdillah mencoba untuk men-takhrij nilai-nilai hadits dha’if yang terkandung dalam kitab Sunan Ad-Daraquthni. Dalam kitab karangannya, ia mencantumkan 700 hadits yang memenuhi kriteria sebagai hadits dha’if, baik dilihat dari kualitas sanad dan matannya.
2.3. Sistematika Penulisan Kitab
Kitab takhrij Al-Ahadits Adh-dhi’af min Sunan Ad-Daraquthni terbilang cukup atau bahkan sangat sistematis dalam susunan penulisannya. Kitab ini disusun berdasarkan bab fiqhiyah. Dimulai dari bab thaharah, kitab ini diakhiri oleh bab Ash-Shaid wa Adz-Dzaba’ih wa Al-Ath’i[5]mah. Di dalamnya terdapat 700 hadits[6] yang ia anggap dha’if baik dari segi matan maupun sanadnya. Karena kitab ini khusus men­-takhrij hadits-hadits yang terdapat dalam kitab sunan Ad-daraquthni.
Tidak hanya itu, kitab yang telah diedit oleh Kamal Yusuf Al-Hut ini juga memuat daftar isi al-mashadir, al-ayat al-qur’aniyyah, al-ahadits wa al-atsar, ar-rijal al-mutakallim fiiihim bil-jarh dan al-mawadhi’,[7] selain daftar isi bab fiqhiyyah berdasarkan urutan hadits yang tertera di dalam kitab tersebut. Daftar isi tambahan ini akan memudahkan pembaca untuk mencari hadits-hadits dha’if dalam kitab Sunan Ad-Darakuthni berdasarkan perawi, hadits berdasarkan abjad, rujukan-rujukan, maupun ayat Al-Qur’an yang ada di dalamnya.
Rincian dari 700 hadits yang termuat dalam kitab ini, dapat dilihat dalam tabel berikut:

BAB
Banyaknya Hadits
الطهارة
148
الصلاة
266
الزكاة و الصدقة
93
الصيام
57
الحج
30
البيوع
26
الحدود و الديات
27
الأقضية
7
النكاح
10
الطلاق و الخلع و الإيلاء
9
الفرائض
4
السير
3
المكاتب
3
النذور
2
الرضاع
2
الأشربة
8
الصيد و الذبائح و الأطعمة
5
Total
700

2.4. Metode Penulisan Kitab
Dalam menulis kitabnya, Imam Hafidz Abi Muhammad Abdillah menulis hadits dha’if yang terdapat dalam kitab Sunan Ad-Daraquthni kemudian menjelaskan ke-dha’if-an hadits tersebut di bawahnya. Seperti yang ia tuliskan pada hadits bab shalat no urut 1, ia menuliskan haditsnya terlebih dahulu, kemudian ia menjelaskan letak ke-dha’if-an haditsnya. Hadits tersebut berbunyi:
رواه القاسم بن عبدالله العمرى , عن محمد بن المنكدر, عن جابر بن عبد الله قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا بلغ الماء أربعين قلة فإنه [لا] يحمل خبث.
Dalam hadits tersebut Imam Hafidz menyatakan bahwa periwayatan hadits tersebut lemah, banyak kesalahan dalam periwayatan jalur tersebut. Hadits yang diriwayatkan dari Muhammad bin Al-Munkadir Abdullah bin ‘Amru adalah hadits mauquf. Hadits tersebut tidak bisa digunakan sebagai hujjah.[8]
Setiap menukil hadits dha’if dari kitab Sunan Ad-Daraquthni, Imam Hafidz Abi Muhammad selalu memberikan penjelasan tentang letak ke-dha’if-an hadits tersebut, terutama dari para perawi yang tidak tsiqah maupun dhabith. Ia tidak serta-merta men-dha’if-kan para perawi yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut, akan tetapi ia merujuk kepada kitab-kitab jarh wa ta’diel. Dalam kasus di atas, untuk men-jarh Al-Qasim bin Abdillah bin Umar Al-‘Amri ia merujuk kepada kitab Adh-Dhu’afa wa Al-Matrukiin li An-Nasa’i, Al-Majruhiin, Al-Jarh wa At-Ta’diel, Al-kasyif, Tahdzib At-Tahdzib dan lain sebagainya.
Artinya, untuk men-jarh perawi hadits, Imam Hafidz Abi Muhammad tidak menggunakan satu kitab sebagai rujukan, tetapi ia mengkomperasikannya dengan berbagai kitab jarh wa ta’diel yang ada. Hasilnya, takhrij yang ia lakukan dari men-jarh para perawi hadits bukanlah omong kosong belaka. Data yang ia kumpulkan dari berbagai sumber memberikan bukti yang cukup kuat untuk men-jarh perawi. Inilah salah satu keunggulan dari kitab ini.
2.5. Pandangan Ulama Mengenai Kitab ini
Karena kitab ini dikarang pada pertengahan abad ke-7, atau periode terakhir dalam sejarah perkembangan hadits, tidak banyak ditemukan literatur atau manuskrip mengenai pendapat para ulama tentang kitab ini. Hingga saat ini pun, penulis belum menemukan tentang komentar para ulama mengenai kitab ingga saat ini pun, penulis belum menemukan tentang komentar para ulama mengenai kitab takhrij ini. Namun, rasanya kitab ini sangat layak dikonsumsi untuk mereka yang ingin mengetahui hadits-hadits dha’if, khususnya yang terdapat dalam kitab Sunan Ad-Daraquthni. Terlepas dari berbagai kekurangannya, kitab ini layak mendapatkan apresiasi yang sepantasnya, melihat usaha Imam Hafidz Abi Muhammad dalam mengarangnya



BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
kitab takhrij karangan Hafidz Abi Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Ghassani Al-Jazairi ini merupakan suatu suguhan yang sangat layak dibaca ataupun dijadikan rujukan bagi mereka yang ingin mengetahui hadits dha’if, khususnya pada kitab Sunan Ad-Daraquthni. Sebagai salah satu pakar hadits yang hidup pada akhir masa perkembangan hadits, kitab Takhrij Al-Ahadits Adh-Dhi’af ini terbilang sangat sistematis.
Hadits-hadits yang dinukil dari kitab Sunan Ad-Daraquthni disusun berdasarkan bab fiqhiyyah. Selain itu, di dalam daftar isinya, dilengkapi dengan katalog-katalog tambahan, seperti para perawi, hadits berdasarkan abjadnya dan lainnya. Jumlah hadits yang tercantum dalam kitab tersebut adalah 700 hadits, serta bab shalatlah yang memiliki porsi terbanyak dalam hadits-hadits yang terdapat di dalamnya.
Dalam mencari ke­-dha’if-an hadits yang terdapt dalam buku induknya, Hafidz Abi Muhammad tidak serta-merta mengarangnya. Ia menelusuri berbagai kitab rujukan untuk mencari kualitas hadits yang terdapat dalam kitab Sunan Ad-Daraquthni. Kitab rujukan yang digunakannya lebih kepada kitab jarh wa ta’diel. Hal ini dikaenakan ia lebih fokus untuk mengkritik perawi yang dianggap lemah. Untuk men-jarh para perawi tak cukup menggunakan satu kitab rujukan, tetapi ia mneggunakan beberapa kitab jarh wa ta’dil untuk mengkomperasikan data yang ada. Sehingga hasil yang didiapatkan akan sangat valid.
Tetapi sayangnya, tidak banyak literatur-literatur yang membahas tentang kitab ini, bahkan terbilang sangat minim. Para ulama pun tidak banyak yang memberikan pendapat tentang pengarang kitab ini. Sehingga kita, khususnya penulis belum dapat memberikan komentar yang signifikan mengenai kitab ini, baik dari kekurangannya, maupun kelebihannya. Namun, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dari sistematika dan metode yang digunakan, kitab ini layak dijadikan rujukan.


DAFTAR PUSTAKA

·         Hafidz Abi Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Gassani Al-Jazairi, Kitab Takhrij Al-Ahadits Adh-Dhi’af min Sunan Ad-Daraquthni, Beirut: Darul Kutub Ilmiah, 1990.
·         Agus Shalahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadits, Bandung: Pustaka Setia, Cet. II: 2011.


[1] Hafidz Abi Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Gassani Al-Jazairi, Kitab Takhrij Al-Ahadits Adh-Dhi’af min Sunan Ad-Daraquthni, Beirut: Darul Kutub Ilmiah, 1990, hal. 24.
[2] Ibid.
[3] Ibid, hal. 25.
[4] Agus Shalahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadits, Bandung: Pustaka Setia, Cet. II: 2011, hal. 48.
[5] Ibid.
[6] Op Cit, Hafidz Abi Muhammad Abdillah bin Yahya Al-Gassani Al-Jazairi,  hal. 311.
[7] Ibid, hal. 313.
[8] Ibid, hal. 33.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com