Kamis, 22 Mei 2014

Tuhan dalam Perspektif Al-Quran



M. Fikri Yudin
E-mail: fikriyudin@yahoo.com
Abstrak
Setiap ajaran atau agama yang ada di dunia ini memiliki konsep ketuhanan yang dipercaya. Banyaknya konsep ketuhahan yang muncul tak terlepas dari tak adanya kesepakatan bersama tentang konsep tersebut. Islam, sebagai salah satu agama terbesar di dunia memiliki perspektif sendiri mengenai Tuhan berdasarkan Al-Quran. Umat muslim menyebut Tuhannya Allah Swt. Allah Swt adalah Tuhan yang Esa. Ia adalah tempat bergantung segala makhluk-Nya. Tuhan umat muslim tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Kekuasaan-Nya yang tidak mengenal batas, membuat Tuhan umat muslim tidak bisa disandingkan dengan suatu makhluk apa pun. Selain itu, Al-Quran juga menerangkan tentang nama-nama indah Tuhan, atau yang lebih dikenal dengan asmā al-husna. Al-Quran menerangkan konsep ketuhanan yang ideal untuk disembah.
Kata kunci: Al-Quran, Islam, Tuhan
A.    Latar Belakang Masalah
Tuhan adalah zat yang Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan secara global. Dari sini, banyak konsep ketuhanan yang diciptakan oleh manusia berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dialami maupun bersumber dari teks-teks keagamaan. Sebut saja teisme, deisme, panteisme, sebagai konsep ketuhanan yang lahir dari perbedaan dalam memahami keberadaan Tuhan.
Teisme adalah aliran yang memandang Tuhan adalah pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan yang menciptakan alam ini, tetapi tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Panteisme menganggap Tuhan adalah alam semesta itu sendiri. Dari berbagai interpretasi terhadap Tuhan yang telah dikemukakan, Islam memiliki petunjuk mengenai Tuhan yang harus disembah.
Islam, segabai agama rahmatan lil ‘alamin tentunya memiliki Tuhan yang harus dipegang teguh kepercayaan terhadap-Nya oleh umat muslim. Ciri-ciri mengenai Tuhan yang dipercaya umat muslim telah tertera di dalam Al-Quran dengan tersurat. Konsep ketuhanan yang diajarkan Islam sudah sangat jelas, hal ini dikarenakan banyaknya konsep ketuhanan yang tidak sejalan dengan prinsip Al-Quran.
Al-Quran merupakan kitab suci yang dijadikan pegangan dan sumber rujukan utama umat muslim dalam memecahkan problematika agama. Untuk itu, indikasi-indikasi Tuhan, sebagai salah satu bahasan pokok dalam persoalan keimanan, harus mendapatkan porsi pembahasan yang proporsional di dalam Al-Quran. Makalah ini dibuat agar konsep ketuhanan yang dipegang umat muslim tidak rancu, dan dapat dijadikan pegangan yang teguh karena didasari oleh landasan yang kuat, yakni Al-Quran.
B.     Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, untuk mempermudah kajian yang dapat menghasilkan penjelasan yang mudah dipahami, maka dibutuhkan rumusan masalah yang mendukung latar belakang tersebut. Adapun rumusan masalah yang menjadi pokok pembahan adalah:bagaimanakah konsep Tuhan berdasakan Al-Quran?”
C.    Tujuan  Penulisan
Sealur dengan rumusan masalah, maka karya ilmiah ini ditulis bertujuan untuk: mendeskripsikan konsep Tuhan berdasarkan Al-Qur’an.
D.    Pembahasan
1.      Teori
Al-Quran adalah kitab suci yang dipegang teguh oleh umat muslim di seluruh dunia. Dari sekian banyak pembahasan di dalamnya, penulisan makalah ini akan memfokuskan pada ayat-ayat yang berhubungan dengan Tuhan. Sebelum beranjak kepada permasalahan inti, akan dibahas terlebih dahulu definisi Al-Quran.
Banyak ulama yang memberikan kontribusi pemikirannya mengenai definisi Al-Quran, di antaranya:
1.   Al-Jurjani mengatakan bahwa Al-Quran adalah apa-apa yang diturunkan kepada Rasulullah Saw, dan ditulis di dalam mushaf yang diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.[1]
2.      Menurut Manna Al-Qathhan, Al-Quran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dan jika membacanya akan memperoleh pahala.[2]
3.      Abu Syahbah berpendapat bahwa Al-Quran adalah kitab Allah yang diturunkan baik lafaz maupun maknanya kepada nabi terakhir, Muhammad Saw, yang diriwayatkan dengan mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan, yang ditulis pada mushaf mulai dari surat Al-Fatihah sampai akhir surat An-Nas.[3]
Dari ketiga definisi yang diuturakan oleh para ulama, maka dapat disimpulkan bahwa Al-Quran adalah kitab Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dan ditulis di atas mushaf. Al-Quran disampaikan dengan cara yang mutawatir hingga sampai ke tangan umatnya yang berada di akhir zaman.
Di dalam Al-Quran, banyak ayat yang menjelaskan tentang ciri-ciri Tuhan yang wajib disembah oleh umat muslim. Ayat-ayat tersebut ditujukan agar umat muslim tidak salah dalam memilih Tuhan untuk disembah. Namun, sebelum membahas tentang ciri-ciri tersebut, harus diketahui terlebih dahulu sebutan Tuhan umat muslim yang berada di dalam kitab suci Al-Quran.
Al-Quran, memiliki beberapa kosakata yang jika diartikan, maka akan merujuk kepada kata Tuhan di dalam bahasa Indonesia, di antaranya: Allȃh, Ilȃh, Allȃhumma, dan rabb. Pertama yaitu kata Allah, merupakan bentuk khusus yang tidak diketaui bentuk jamaknya dan dibubuhi dengan alif lam. ilāh merupakan bentuk umum yang dapat diketahui bentuk jamaknya yaitu ālihah. Kata rabb biasa dipakai sebagai salah satu nama Tuhan, karena Tuhanlah yang secara hakiki menjadi pemelihara, pendidik, pengasuh, pengatur, dan yang menumbuhkan makhluk-Nya.
Dari segi makna dapat dikemukakan bahwa kata Allah mencakup segala sifat-sifat-Nya, bahkan Dialah yang menyandang sifat-sifat tersebut.[4] Selanjutnya, untuk kata Allȃhumma merupakan perpaduan dari huruf nidȃ (ya) dan (alif) dengan kata Allȃh. Huruf yȃ dan alif di dalam ungkapan Yȃ Allȃh diganti dengan dua buah huruf mȋm dan ditempatkan di ujung kata itu sehingga menjadi Allȃhumma. Kemudian nama Tuhan yang lainnya yaitu berasal dari kata rabbȃniyyȋn yang turunannya berasal dari kata rabb yang secara etimologis berarti "pemelihara, pendidik, pengasuh, pengatur, yang menumbukan".[5]
Setelah megetahui sebutan Tuhan di dalam Al-Quran, Berikut akan dijabarkan mengenai ayat-ayat yang menerangkan tentang Tuhan yang dipercayai dan dipegang teguh oleh umat muslim di seluruh dunia.
Surat al-ikhlas ayat 1-4:
ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ   ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ   öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ôs9qムÇÌÈ   öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ  
(1) Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. (2) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.(3) Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, (4) dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Al-Maraghiy di dalam kitab tafsirnya menerangkan bahwa ayat-ayat di atas menerangkan tentang ciri-ciri Tuhan. Tuhan umat muslim memiliki sebutan Allah, Dia merupakan Tuhan yang tunggal. Zat-Nya merupakan zat yang tunggal, bukan merupakan zat yang terdiri dari beberapa bagian. Dia tempat bergantung seluruh umat-Nya. Untuk meminta sesuatu kepadanya tidak perlu melalui perantara terlenih dahulu, karena itu merupakan ajaran jahiliyyah. Dia tidak melahirkan, atau mengangkat seseorang menjadi anak-Nya. Dia tidak pula diperanakan, karena Ia berdiri sendiri dan tidak ada kehidupan sebelum-Nya. Dia tidak memiliki suatu zat pun yang dapat disetarakan dengan-Nya.[6]
Senada dengan apa yang dikatakan Al-Maraghiy, Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini juga demikian. Tuhan umat muslim adalah Tuhan yang satu. Tidak ada tempat bergantung selain Tuha yang Esa tersebut. Dia tidak memiliki anak dan juga tidak diperanakan. Selain itu, hanya Ialah yang patut dijadikan tempat bergantung segala sesuatu.[7] Tidak ada pula yang patut disandingkan maupun disejajarkan dengannya. Hadits yang memperkuat pendapat Ibnu Katsir ialah:
حدثنا أبو سعيد محمد بن ميسر الصاغانى حدثنا أبو جعفر الرازي حدثنا الربيع بن أنس عن أبي العالية عن ابي بن كعب أن المشركين قالوا للنبي : يا محمد انسب لنا ربك!,فأنزل الله الآية (قل هو الله أحد الله الصمد لم يلد و لم يولد و لم يكن له كفوا أحد)
Diriwayatkan dari Abu Sa’id bin Maysir Ash-Shaganiy, meriwayatkan dari Abu Ja’far Ar-Razani, dari Ar-Rabi’ Anas dari Abi Al-‘Aliyah dari Abi bin Ka’b, mengatakan orang-orang bertanya kepada Rasulullah Saw, “wahai Muhammad beritahukan kepada kami mengenai Tuhanmu!” maka Allah Swt menurunkan ayat “Katakanlah wahai Muhammad, Dialah Tuhan yang Maha Esa, tempat bergantung, Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan, Dia tempat bergantung, dan tidak ada satupun yang setara dengannya!”[8]
Pendapat kedua ulama di atas diperkuat oleh Imam Al-Qurthubiy. Ia berpendapat bahwa Tuhan yang Esa itu merupakan Tuhan yang tidak memiliki serikat, sekutu, ataupun teman untuk mengatur alam semesta ini. Seluruh hajat atau kebutuhan setiap hamba haruslah ditujukan kepada-Nya, karena hanya Ialah tempat bergantung segala sesuatu. Tuhan yang Esa tidak perlu memiliki keturunan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan di alam semesta ini, karena Ia adalah yang Maha Kekal. Dia tidak memiliki sesuatu yang bisa disandindkan dengan-Nya.[9]
Wahbah Al-Zuhaili berpendapat, Allah adalah zat yang satu, yang maha esa. Zat yang berdiri sendiri dan yang dibutuhkan oleh seluruh makhluk-Nya. Ia adalah Zat yang wajib adanya, juga zat yang memiliki kerajaan besar, zat yang Maha Hidup, Kekal, Abadi, yang tidak akan mati selamanya. Ia berdiri dengan Zat-Nya dan mengatur seluruh ciptaan-Nya.[10]
Keempat ulama di atas memiliki kemiripan dalam menafsirkan teks di atas, sehingga dapat ditarik sintesis sementara bahwa Tuhan umat muslim ialah Tuhan yang Esa. Tuhan umat muslim memiliki sebutan Allah Swt. Ia adalah tempat bergantung semua hamba-Nya. Allah Swt tidak memiliki anak dan juga tidak diperanakan. Serta tidak ada yang bisa disejajarkan dengan-Nya dalam hal apapun. Ialah yang Maha Kekal, Hidup, Abadi, dan tidak akan mati selamanya.
       Di sisi lain, selain menjelaskan mengenai ciri-ciri Tuhan, Al-Quran juga menyebutkan nama-nama Tuhan yang indah. Nama-nama tersebut memiliki makna mendalam yang menghiasi definisi tentang Tuhan. Allah Swt berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 180:
¬!ur âä!$oÿôœF{$# 4Óo_ó¡çtø:$# çnqãã÷Š$$sù $pkÍ5 ( (#râsŒur tûïÏ%©!$# šcrßÅsù=ムþÎû ¾ÏmÍ´¯»yJór& 4 tb÷rtôfãy $tB (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ ÇÊÑÉÈ  
hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Di dalam surat tersebut disebutkan jika seseorang ingin berdoa kepada Allah, maka ia dianjurkan untuk menyebut asmā al-husna yang telah disebutkan di dalam Al-Qur'an. Kata asmā dalam ayat tersebut merupakan bentuk jama' dari ism. Ism merupakan suatu lafaz yang menunjukkan atas suatu zat atau beserta dengan sifatnya.[11] Selain itu ayat tersebut juga mengingatkan umat muslim untuk meninggalkan orang-orang yang mengingkari nama-nama Tuhan yang sempurna tersebut, karena mereka seungguhnya akan ditimpa azab karena dosa-dosanya (mengingkari asmā al-husnā).[12] Di dalam kitab Al-Maraghiy juga ditegaskan bahwa hanya Allah-lah yang memiliki asmā al-husnā yang menunjukkan keindahan maknanya dan kesempurnaan sifat-sifatnya, maka dianjurkan untuk menyebut nama-Nya ketika berdoa.[13]
Imam Tirmidzi dan Imam Hakim telah menyebutkan 99 asmā al-husnā dari jalur Al-Walid bin Muslim sebagai berikut:
            "Ar-Rahmān, Ar-Rahīm, Al-Malīk, Al-Quddūs, As-Salām, Al-Mu'min, Al-Muhaimin, Al-'Azīz, Al-Jabbār, Al-Mutakabbir, Al-Khalīq, Al-Bari, Al-Mushawwir, Al-Ghaffār, Al-Qahhār, Al-Wahhāb, Ar-Razzāq, Al-Fattāh, Al-'Alīm, Al-Qābidh, Al-Bāsith, Al-Khāfidh, Ar-Rāfi', Al-Mu'idz, Al-Mudzil, As-Samī', Al-Bashīr, Al-Hakm, Al-'Adl, Al-Lhatīf, Al- Khabīr, Al-Halīm, Al- ‘Azhīm, Al-Ghofūr, Asy- Syakūr, Al-' Aliyy, Al- Kabīr, Al-Hafīzh, Al-Muqīth, Al-Hasīb, Al-Jalīl, Al-Karīm, Ar- Raqīb, Al- Mujīb, Al-Wāsi’, Al-Hākim, Al-Wadūd, Al-Majīd, Al-Bā’its, Asy- Syāhid, Al-Haqq, Al-Wakīl, Al-Qawiy, Al-Matīn, Al-Waliyy, Al-Hamīd, Al-Muqsi, Al-Mubdi, Al-Mu’īd, Al-Muhyi, Al-Mumīt, Al-Hayyul- Qayyum, Al-Wajīd, Al-Majīd, Al-Wāhid, Al-Ahad, Ash-Shamad, Al- Qadīr, Al-Muqtadir, Al-Muqaddim, Al-Mu’akhkhir, Al-Awwal, Al- Akhir, Az-Zahir, Al-Bathīn, Al-Waliy, Al-Muta’āli, Al-Barr, At- Tawwāb, Al-Muntaqim, Al-‘Afuw, Al-Ra’uf, Al-Malikul-mulk, Dzul- Jalaali wal- ikram, Al-Muqsith, Al-Jami’, Al-Ghaniy, Al-Mughniy, Al- Māni’, Ad- Dār, An-Nāfi’, An-Nūr, Al-Hādi, Al-Bādi', Al-Bāqiy, Al-Wārits, Al-Rāsyid, As-Shobūr.[14]
2.      Analisis
Dari pemaparan yang telah dijelaskan oleh para ulama mengenai konsep ketuhanan berdasarkan Al-Quran, maka sepatutnya definsi mengenai Tuhan telah menjadi jelas. Sebagaimana penafsiran para ulama mengenai sosok Tuhan yang harus disembah umat muslim, Ia merupakan Tuhan yang Esa.
Tuhan yang Esa merupakan sosok ideal bagi umat muslim untuk disembah, bahkan seluruh umat di dunia untuk disembah. Hal ini dirasa sangat wajar, karena jika ada Tuhan lain yang disejajarkan dengan-Nya, maka secara logika ini akan menyebabkan kehancuran bagi alam semesta ini.
Jika melihat ke sejarah Yunani kuno, ketika bangsa Yunani menyembah Tuhan yang sangat beragam. Zeus, Hades, dan Poseidon merupakan sedikit dari Dewa yang disembah. Zeus memiliki kekuatan mengendalikan petir, ia menguasai alam nirwana. Poseidon, memiliki wewenang untuk mengatur lautan luas. Peran Hades sebagai penjaga dan penguasa neraka. Ketiga Dewa tersebut memiliki kedudukan dan wewenang yang sejajar. Ketika mereka memiliki kepentingan yang berbenturan, niscaya akan menimbulkan pertikaian dan permusuhan di antara ketiga Dewa tersebut.
Dalam mengatur alam semesta yang begitu luas ini, jika Tuhan membagi-bagi kekuasaan kepada para sekutu-Nya karena tidak dapat mengatasinya sendiri, maka akan menimbulkan pertanyaan besar akan kuasa Tuhan. Tuhan merupakan zat yang Maha Kuasa. Kuasa Tuhan tidak akan terbatas, tidak mungkin Tuhan menciptakan sesuatu yang tidak bisa dikendalikan-Nya. Untuk mengatur kerajaan langit dan bumi ini, Tuhan tidak memerlukan sekutu.
            Di dalam ajaran Islam yang berlandaskan Al-Quran, Tuhan dikenal dengan sebutan Allah Swt (الله). Meskipun di dalam Al-Quran terdapat kata lain yang artinya juga merujuk kepada Tuhan, seperti Ilȃh, Allȃhumma, dan rabb, namun, umat muslim cenderung menggunakan kata Allah dalam menyebut Tuhannya. Hal ini dikarenakan kata Allah (الله) adalah dzat yang berdiri sendiri dengan sifat ketuhanan-Nya yang menjadi pemimpin bagi seluruh makhluk-Nya. Tidak ada dzat yang hak untuk disembah melainkan Dia.
Kata Allah (الله), meski hurufnya dipenggal satu-persatu, tetap tidak akan merubah esesnsi dari kata Allah itu sendiri yang memiliki segala sesuatu. Jika huruf alif dihilangkan dalam kata tersebut, maka akan menjadi lillah (لله). Lillah memiliki arti kepemilikan Allah. Jika huruf alif dan lam pertama dihilangkan dalam kata Allah, maka akan menjadi lahuu (له) yang berarti kepemilikan-Nya. Jika semua huruf dihilangkan, dan hanya menyisakan ha (ه), maka artinya akan menjadi Dia.
Kesimpulan sementara yang dihasilkan dari pembahasan tersebut ialah kata Allah sendiri telah memiliki keistimewaan dalam penggunaannya. Kata Allah (الله) memiliki arti segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, baik yang zhahir maupun bathin hanya miliki Allah semata yang telah menciptakannya. Meskiun kata Allah dipenggal satu-persatu, tetapi tidak mengurangi esensi maknanya sebagai zat yang Maha Memiliki seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Setelah menganalisis nama dan ciri-ciri Tuhan, selanjutnya beralih kepada asmā al-husnā. Tuhan melalui firman-Nya yang tertera di dalam Al-Quran, tidak serta-merta mencantumkan 99 asmā al-husnā tanpa ada maksud yang jelas. Banyak faedah yang dapat diambil dari asmā al-husnā tersebut. Dari sekian banyak nama-nama Tuhan yang begitu indah, manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dapat mencontoh dan mempraktikannya di dalam kehidupan sehari-hari, baik hablun minannas (interaksi dengan sesame manusia) maupun hablun minallah (interaksi antara manusia dengan Tuhannya).
Manusia sejatinya telah memiliki potensi untuk mengamalkan nilai-nilai yang terdapat dalam asmā al-husnā. Itu tidak terlepas dari firman Tuhan yang berbunyi:
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ      
"Telah kami ciptakan manusia dengan sebaik-baiknya ciptaan (At-Tīn: 4).
            Sebagai mahluk yang paling sempurna, manusia diberikan akal untuk berpikir, dan hati untuk merasakan. Dengan akalnya manusia dapat berpikir mengenai faedah-faedah asmā al-husnā yang dapat diimplementasikan dalam aktivitas duniawi dan ukhrawi. Dengan hatinya, manusia dapat merasakan manifestasi-manifestasi yang ditimbulkan asmā al-husnā di dalam dirinya. Potensi yang sebenarnya dapat membuat manusia menjadi makhluk yang paling mulia dengan meniru sifat-sifat Tuhannya. Namun dengan catatan terdapat sifat tanzihiy yang hanya dimiliki oleh Allah dan tidak mungkin dimiliki oleh makhluk-Nya.
Sebagai contoh, Allah memiliki nama Ar-Rahiim yang berarti Maha Penyayang. Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna dituntut untuk menyayangi sesamanya maupun dengan makhluk lainnya. Hal ini dikarenakan manusia telah diberikan akal untuk berpikir, dan hati untuk merasakan. Bahkan, sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi, sepatutunya manusia meniru sifat Ar-Rahiim yang dimiliki Tuhan.
Meski memiliki nama dan sifat yang dapat ditiru oleh manusia, dari 99 asmā al-husnā, tidak semua bisa dicontoh manusia. Tuhan memiliki nama Al-Awwal dan Al- Akhir. Al-Awal berarti Tuhan adalah pertama ada, serta Al-Akhir mengindikasikan bahwa Tuhan merupakan zat yang terakhir. Awal dan akhir Tuhan tidak bisa dipikirkan dengan menggunakan logika manusia. Seperti menghitung jumlah bilangan sebelum dan sesudah angka nol, niscaya tidak akan ada ujungnya.
99 asmā al-husnā yang dimiliki Tuhan tersebut, baik yang dapat ditiru manusia maupun yang tanzihiy memiliki hikmah terselubung di balik itu semua. Nama-nama yang dapat ditiru, mengisyaratkan manusia untuk meniru nama-nama yang indah tersebut. Manusia dituntut untuk mengoptimalkan kerja akalnya dan mempekakan intuisi hati dengan meniru asmā al-husnā. Asmā al-husnā tanzihiy menegaskan bahwa Tuhan yang dijelaskan oleh Al-Quran adalah Tuhan yang patut disembah karena memiliki sifat yang berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya. 
Tidak ada alasan bagi umat muslim untuk menyembah kepada selain Dia. Manusia, sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya wajib menyembah dan mengabdi kepada Tuhan yang Maha Esa. Hal ini dipertegas dengan firman Tuhan dalam surat Al-Baqarah ayat 21:
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ  
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
Tuhan yang telah menciptakan manusia adalah Tuhan yang wajib disembah. Setelah menciptakan manusia, Ia tidak melepaskan tanggung jawab-Nya sebagai Tuhan. Ia telah memberi petunjuk terhadap manusia bahwa Ia merupakan tempat bergantung segala makhluk-Nya. Manusia memiliki banyak kekurangan meskipun telah disebutkan sebagai makhluk yang paling sempurna. Untuk melengkapi segala kekurangan dan kelemahan manusia, maka Tuhan telah mempersilahkan diri-Nya sebagai tempat bergantung segenap hambanya.
E.     Simpulan
Al-Quran telah menjelaskan dengan sangat detail mengenai Tuhan yang harus disembah oleh umat muslim. Tuhan yang dijelaskan di dalam Al-Quran merupakan sosok ideal untuk disembah oleh setiap hamba-Nya. Ajaran Islam bersifat monoteis, itu artinya Islam hanya mengakui Tuhan yang satu.
Allah merupakan sebutan Tuhan yang dijelaskan di dalam Al-Quran. Meskipun Al-Quran juga menyebutkan kata lain yang maknanya merujuk kepada Tuhan, tetapi umat muslim lebih familiar menyebut Allah. Hal ini tidak terlepas dari kata Allah (الله) yang merupakan zat yang berdiri sendiri dengan sifat ketuhanan-Nya dan menjadi pemimpin bagi seluruh makhluk-Nya.
Tuhan umat muslim, sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Quran adalah Tuhan yang Esa. Ia adalah tempat bergantung segala sesuatu. Segala implikasi yang menyebabkan Tuhan dipercaya memiliki anak adalah hal yang dihindari oleh umat muslim karena tidak sejalan dengan akidah.
Tuhan atau Allah merupakan zat yang berdiri sendiri, Ia tidak dilahirkan oleh zat apapun atau siapapun. Ia tidak memiliki anak atau mengangkat siapapun menjadi anak-nya. Dialah yang menciptakan segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, Ia juga yang mengatur kerajaan langit dan bumi. Allah tidak membutuhkan sekutu dalam penciptaan dan pengaturan tersebut.
Al-Quran juga menjelaskan bahwa Allah Swt adalah tempat bergantung segala sesuatu. Ini merupakan bukti bahwa Allah Swt tidak pernah meninggalkan hamba-Nya sendirian. Setiap permasalahan yang dihadapi oleh segenap hamba-Nya, Allah telah mempersilahkan diri untuk menjadi tempat curahan hati hamba-hamba-Nya. Dari berbagai pemaparan yang telah dijelaskan Al-Quran, maka sangat jelas profil-profil Tuhan yang wajib disembah oleh umat muslim. Hanya Allah Swt yang memiliki hak untuk disembah karena Ia merupakan sosok yang ideal untuk disebut sebagai Tuhan.
F.     Daftar Pustaka
Anwar, Rosihon. 2012. Ulum Al-Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Shihab, M. Quraish. Tt. Ensiklopedia al-Qurȃn: Kajian Kosakata. Jakarta: Lentera Hati.
Al-Maraghiy, Ahmad Musthafa. 2006. Tafsir Al-Maraghiy. Beirut: Darul Fikri.
'Imāduddīnn, Imam Hāfidh. 1998. Tafsīr Ibnu Katsīr. Beirut: Dārul Kutub Al'Ilmiyyah.
Al-Qurthubiy, Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr. 2006. Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an. Beirut: Ar-Risālah.
Az-Zuĥaily, Wahbah. 2009. Tafsīr Munīr. Damaskus: Dārul-Fikri.


[1] Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 33.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qurȃn: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati), jilid: 1, hal. 76-78.
[5]Ibid, jilid 4, hal. 800-801.
[6] Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy. (Beirut: Darul Fikri, 2006), jilid 30, hal: 265-266.
[7] Imam Hāfidh 'Imāduddīnn, Tafsīr Ibnu Katsīr, (Beirut: Dārul Kutub Al'Ilmiyyah, 1998), jilid 8, hal. 488.
[8] Ibid.
[9] Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr Al-Qurthubiy, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, (Beirut: Ar-Risālah, 2006), jilid 22, hal. 557-560.
[10] Wahbah Az-Zuĥaily, Tafsīr Munīr, (Damaskus: Dārul-Fikr, 2009), juz 3, hal. 17.
[11] Ahmad Musthafa al-Maraghiy, Tafsīr al-Maraghiy, Beirut, Dārul Fikr, 2006, Jil. 3, hal. 302.
[12] Muhammad Thalib, Al-Qur'ān Al-Karīm: Tarjamah Tafsiriyyah, Jogjakarta, Ma'had An-Nabawy, 2011, hal. 157.
[13] Ahmad Musthafa al-Maraghiy, Tafsir al-Maraghiy, jil. 3, hal. 302.
[14] Ibid, hal. 303.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com